Rabu, 28 Juni 2023

PENTINGNYA SIKAP BIJAKSANA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Dalam rangkaian kegiatan sehari-hari, kita pasti berjumpa dengan orang lain. Baik itu orang yang kita kenal seperti teman, sabahat, ataupun orang yang belum kita kenal. Ketika kita berinteraksi dengan banyak orang, tentu kita juga dapat melihat seperti apa kepribadian orang-orang yang kita jumpai. Kita akan senang jika melihat orang yang memiliki kepriibadian yang baik dan sebaliknya kita juga merasa kurang senang jika melihat orang yang memiliki kepribadian kurang baik.

Dalam hal ini tentunya terdapat salah satu sikapyang membuat orang itu memiliki kepribadian yang baik atau tidak. Salah satunya adalah kebijaksanaan atau sikap bijaksana, semakin baik kepribadian yang dimilikinya maka tentunya semakin besar juga sikap kebijaksanaanya.

Sesungguhnya kebijaksanaan merupakan anugerah istimewa dari Tuhan. Kebijaksanaan menjadi dasar atau tiang kehidupan yang utama dalam membentuk kepribadian yang bernilai sangat tinggi dan semakin baik.

Robert J, Sternberg yang merupakan seorang psikolog juga mengusulkan teori kebijaksanaan yang melibatkan tiga komponen diantaranya: kecerdasan analitis (analitic intelligence), kecerdasan kreatif (creative intelligence), dan kecerdasan praktis (practical intelligence). Bagi Sternberg, kebijaksanaan merupakan kemampuan individu untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan ini dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai tujuan yang bermakna. Pada dasarmya kebijaksanaan tentu melibatkan kemampuan untuk memahami, menerapkan pengetahuan, dan mengambil keputusan yang baik dan bijak dalam berbagai konteks kehidupan.

Sejak manusia berpikir, kebijaksanaan memiliki peran utama dalam meningkatkan sikap individu. Dengan kebijaksanaan, ilmu pengetahuan dapat diterima dengan mudah dan sikap baik lainnya juga dapat dilakukan. Apabila kebijaksanaan tidak ada dalam diri kita, maka pandangan akan tumpul serta menyempit dan juga pendirian kita akan sangat mudah tergoyahkan oleh hal-hal sepele.

Seorang yang bijaksana akan terbuka dengan sudut pandang lain dan menerima perbedaan (toleransi) yang ada tanpa perlu mengorbankan pendirian dan keyakinan diri sendiri. Perlu digaris bawahi, sesungguhnya yang merusak kebijaksanaan adalah sifat kasar, sombong, pemarah, angkuh, iri, dengki, benci, acuh tak acuh, tidak menghargai orang lain, dan merasa paling benar.

Seorang hakim yang adil tentu saja memiliki kebijaksanaan yang tinggi, sebab dalam memutuskan sebuah perkara, seorang hakim yang bijaksana tidak akan goyah dengan tawaran apapun untuk membebaskan seuatu perkara. Kebijaksanaan mejaga seseorang dari ketidakadilan dan mencegah diri melakukan perbuatan yang merugikan. Kebijaksanaan juga akan membawa kita kepada keselamatan dalam melakukan berbagai kegiatan.

Menerapkan sikap bijaksana dalam kehidupan sehari-hari dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat dan membangun hubungan yang sehat dengan orang lain. Yuk lihat beberapa cara mudah untuk menerapkan sikap bijaksana dikehidupan sehari-hari kita;

1. Mencari informasi: sebelum mengambil keputusan, usahakan untuk mengumpulkan informasi yang relevan. Perluas juga pemahaman anda tentang situasi, pertimbangan dari berbagai sudut pandang, dan cari fakta yang dapat mendukung pengambilan keputusan yang bijaksana.

2. Berpikir jangka panjang: ketika menghadapi keputusan atau situasi sulit, pertimbangkan konsekuensi jangka panjang dari tindakan yang akan diambil. Evaluasi terlebih dahulu dampak jangka panjang pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar sebelum membuat keputusan.

3. Berpikiri kritis: kebijaksanaan melibatkan kemampuan untuk berpikir secara kritis dan objektif. Tinjau argumen dan pendapat dengan hati-hati, dan jangan terjebak dalam prasangka atau emosi yang mempengaruhi keputusan anda.

4. Mengendalikan emosi: dalam situasi yang menantang, upayakan untuk mengendalikan emosi anda. Bijaksanalah dalam bereaksi terhadap keadaan dengan tenang dan terkendali. Hindari pengambilan keputusan berdasarkan emosi yang dapat merugikan diri sendiri ataupun orang lain.

5. Mendengarkan dengan empati: ketika berinteraksi dengan orang lain, praktekan keterampilan mendengarkan dengan empati. Berusaha memahami perspektif dan perasaan orang lain sebelum merespon dan mengambil tindakan. Hal ini akan membantu dalam membangun hubungan yang sehat serta menghindari konflik yang tidak perlu.

6. Belajar dari pengalaman: evaluasi pengalaman dan keputusan masa lalu anda. Indenntifkasi apa yang berhasil dan apa yang tidak, gunakan wawasan tersebut untuk untuk membuat keputusan yang lebih baik di masa depan. Teruslah belajar dan berkembang untuk meningkatkan kebijaksanaan Anda.

7. Menghormati nilai dan etika: pertimbangkan nilai-nilai dan etika pribadi Anda dalam pengambilan keputusan yang paling baik. Pertahankan integritas anda dan bertindak sesuai pinsip-prinsip yang Anda yakini.

8. Menerima keterbatasan: bijaksanalah dalam mengakui bahwa tidak ada yang sempurna dan sadar bahwa kita semua memiliki keterbatasan. Tidak ragu untuk mencari saran atau bantuan dari orang lain ketika diperlukan. Juga, belajarlah untuk memaafkan kesalahan, termasuk kesalahan diri sendiri.

Satu lagi nih yang jarang orang tahu, menerapkan sikap bijaksana juga membutuhkan latihan dan kesadaran yang terus menerus loh. Dengan praktek dan kesediaan untuk belajar, anda dapat mengembangkan kebijaksanaan yang lebih besar dalam menghadapi situasi dalam kehidupan sehari-hari.

Yuk sobat, sebelum terlambat, ada baiknya kita evaluasi pengalaman yang pernah terjadi dalam hidup kita, dan segeralah perbaiki hal negatif yang ada pada diri kita secara perlahan, agar menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat di masa yang akan datang.

Kamis, 25 Mei 2023

HAL BURUK DALAM DIRI INDIVIDU

 


Pada suatu kejadian sering kali kita membenci seseorang, secara tidak sadar, kita tidak memperdulikan kesalahan atau kekurangan yang ada pada diri kita. Alhasil, saat terjadi perselisihan, kita hanya fokus pada kesalahan orang lain tanpa memandang kesalahan diri kita sendiri. Kita memandang seolah orang di depan kita tak pernah melakukan hal baik. Begitulah sifat manusia.

Contoh sederhana yang sering terjadi secara umum misalnya, kita terkadang menyalahkan atau membenci seseorang yang mengkritik atau memberi masukan atas kesalahan atau kekurangan kita, seperti kita terlalu ceroboh, teleldor, terburu-buru, egois, tergoda nafsu, suka bertindak semaunya, tidak mengindahkan orang lain, berkata kasar/kotor, kurang menjaga kesopanan, dan sebagainya yang tidak pernah kita sadari.

Kebanyakan dari kita menganggap orang itu keterlaluan karena menilai buruk diri kita. Tidak jarang pula, kita sampai berani memarahi atau membalasnya dengan keburukan yang lebih parah. Kritikan menjadi ucapan atau perkataan yang menyakitkan bagi telinga kita.

Lalu mengapa bisa demikian? Pada dasarnya manusia merupakan makhluk yang mudah terlena akan pujian, tetapi tidak kuat ketika mendengar kritikan. Menjadi sempurna adalah patokan utama sifat manusia. Tentunya, kita tidak ingin terlihat cacat atau buruk di mata orang lain. Kita pasti akan menunjukan keunggulan kita. Hal ini sangat wajar terjadi. Namun, perlu kita sadari, bahwa kesalahan bukan sepenuhnya dari orang lain. Terkadang kita juga melakukan kesalahan, tetapi kita tidak menyadarinya.

Mengunggulkan diri sebenarnya memang perlu, tetapi harus sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Jika kita ingin menarik hati lawan jenis atau menarik klien dalam berbisnis. Tentu kita akan memberikan apa yang menjadi keunggulan kita. Namun, kita harus ingat bahwa sebagai manusia tentu kita bisa saja membuat kesalahan. Jadi, jika ada kritikan dari orang lain, baik kritikan halus yang disertai solusi maupun kritik pedas atau nyinyir, kita juga harus tetap mempertimbangkannya.

Suatu kritik biasanya menunjukan kepada kita akan sesuatu yang kurang tepat dalam cara kita bersikap. Kritikan tercipta bukan untuk melemahkan kepribadian seseorang, melainkan untuk memperbaiki kesalahan dan meningkatkan kepribadian baik individu itu sendiri. Seseorang dengan kepribadian baik tidak akan menganggap kritikan sebagai sebuah cekaan atau hinaan, tetapi ia akan menjadikannya batu loncatan dalam memperbaiki kualitas dirinya.

Sebagai manusia, tentunya kita dapat membedakan antara kritikan dengan hinaan (fitnah). Tidak salah bila kita harus terus introspeksi diri terhadap apa yang telah kita perbuat. Seseorang dengan keburukan selamanya tidak akan berkembang, tetapi seseorang dengan kebaikannya tentu akan disegani dan dihargai oleh sesamanya.

Memang, ada kalanya kita bersikap masa bodoh terhadap omongan orang lain, tetapi ingatlah, kesalahan kecil apapun yang kita lakukan tetap mempunyai dampak dimata orang lain baik itu besar atau kecil. Selalu bersikap sebaik mungkin dan terus memperbaiki diri adalah proritas utama untuk mengembangkan kerpibadian kita. Selain itu kita juga perlu masukan-masukan dari orang lain agar kita mengetahui hal apa saja yang harus kita perbaiki. Sejatinya, salah satu ciri orang hebat yaitu ia yang sadar dan berani mengakui kesalahannya sendiri.

Sesuai pembahasan ini, para ahli psikologi juga ikut mengemukakan pendapat tentang hal buruk dalam diri individu, contohnya Sigmund Freud yang merupakan psikoanalisis menyebut bahwa hal buruk dalam diri individu dapat muncul dalam bentuk insting-insting primitif yang tidak terkendali seperti dorongan seksual atau agresi, serta hal buruk ini merupakan bagian dari struktur kepribadian manusia yang disebut “id”, yang perlu diatur oleh “ego” dan “superego” untuk menjaga keseimbangan dan menghidari konsekuensi negatif.

Carl Jung yang merupakan seorang psikologi analitis, juga memandang hal buruk dalam individu sebagai bagian dari apa yang disebut bayangan (shadow). Bayangan adalah aspek tak terkendali, tersembunyi, dan tidak disadari dari kepribadian individu ydang terdiri dari sifat-sifat negatif seperti kecemburuan, kemarahan atau ketakutan. Menurut Jung, mengakui dan mengintegrasikan bayangan dalam diri merupakan langkah penting dalam perkembangan diri.

Albert Bandura yang merupakan psikolog sosial juga melihat hal buruk dalam diri individu sebagai hasil dari pembelajaran melalui pengalaman sosial. Teori “belajar sosial” Bandura menyatakan bahwa individu dapat meniru perilaku buruk yang mereka  saksikan dan belajar untuk melakukannya melalui penguatan atau hukuman yang mereka alami. Hal buruk ini dapat meliputi perilaku agresif, kekerasa, atau perilaku antisosial lainnya.

Terakhir ada Lawrence Kohlberg yang merupakan psikolog perkembangan, Ia menghubungkan hal buruk dalam diri individu dengan perkembangan moral. Menurut teori “perkembangan moral” Kohlberg, setiap individu melalui serangkaian tahap perkembangan moral yang berbeda-beda. Pada tahap yang lebih rendah, individu mungkin terfokus pada kepentingan diri sendiri dan cenderung mengabaikan norma-norma dan hak-hak orang lain. Hal buruk dalam diri individu dapat tercermin dalam perilaku yang tidak etis atau tidak adil.

BERANI BERTINDAK, BERANI BERTANGGUNG JAWAB?

Dalam kehidupan sehari-hari tentu saja kita pasti melakukan sesuatu kegiatan, entah itu berdasarkan kebutuhan atau hanya sekedar keinginan d...